Fasting and choose happiness

Hari ini untuk yang ke-19 kali saya melakukan ritual puasa dengan tidak makan selama 12 jam dan hanya minum.

Di bagian terakhir buku karya Karl Pillemer, PhD tentang “30 Lessons for Living” menyebutkan beberapa refrigerator list supaya kita memilih kebahagian, yaitu:
1. Time is of the essence
Hidup ini adalah pendek- karena begitu lah adanya. Point-nya adalah untuk tidak depressed karena pengetahuan ini tetapi sebaiknya kita bertindak berdasarkan fakta tersebut untuk memastikan melakukan hal-hal yang penting-penting saja mulai sekarang.
2. Happiness is a choice, not a condition
Kebahagian bukanlah kondisi yang terjadi ketika suasana lingkungan kita sempurna atau hampir seperti itu. Pada akhirnya, kita perlu membuat keputusan yang sadar untuk menjadi senang/happy dalam kondisi yang menantang atau susah pun.
3. Time spent worrying is time wasted
Berhentilah kawatir. Atau setidaknya kurangilah. Hal itu akan membuang waktu yang cukup lama bagi hidup anda yang berharga.
4. Thinks small
Ketika waktunya datang untuk melakukan yang terbaik bagi kita sendiri, pikirkanlah dari hal-hal kecil saja dulu. Biasakan kita mengupayakan simple pleasure untuk mendapatkanya sekarnag juga.
5. Have faith
Hidup yang beriman akan meningkatkan rasa well-being kita, dan menjadi bagian dari komunitas religius akan menyediakan dukungan yang unik saat krisis hidup terjadi. Tetapi apa dan bagaimana cara anda menyembah, terserah anda.

Bagaimana sikap kita dalam memilih untuk tetap bahagia?

#Diambil dari buku “30 Lessons for Living”

Fasting and I can look everyone in the eye

Hari ini untuk yang ke-18 kali saya melakukan ritual puasa dengan tidak makan selama 12 jam dan hanya minum.

Kembali dari buku karya Karl Pillemer, Phd menyebutkan beberapa refrigerator list supaya di usia tua kita mampu memandang mata teman-teman kita dengan pede, yaitu:
1. Always be honest
Hindari sikap tidak jujur, baik untuk hal kecil maupun besar. Kebanyakan orang-orang akan menyesal dikemudian hari karena mereka tidak bertindak jujur dan fair.
2. Say yes to opportunities
Ketika dihadapkan pada tantangan atau kesempatan, sering kali kita tidak akan menyesal jika kita menjawab yes dan sebaliknya akan menyesal bila menolak kesempatan tersebut.
3. Travel more
Travelling-lah ketika kita masih bisa, bahkan dengan mengorbankan hal-hal lainnya bila perlu. Banyak orang melihat kembali aktivitas travel mereka (besar maupun kecil) sebagai masa puncak dihidup mereka dan akan lebih menyesal bila tidak travelling.
4. Choose mate with extreme care
Kuncinya adalah dengan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan tentang siapa pasangan hidup kita. Dengan mengambil waktu yang lebih untuk mengenal prospektif partner kita dan untuk menentukan bagaimana level compatibilitas kita dengan si-dia.
5. Say it now
Banyak orang yang akan menunggu untuk mengatakan kata-kata sedih dengan gagal mengutarakannya sampai hai itu begitu terlambat. Jangan percaya akan “ghost whisperers” – hanya ketika hiduplah kita bisa mengutarakan perasaan yang terdalam.

Apakah kita sanggup untuk selalu jujur dan fair sampai masa tua?

#Diambil dari buku “30 Lessons for Living”

Don’t be afraid of being old

Karl Pillemer, PhD dalam bukunya yang berjudul “30 Lessons for Living” manyatakan ada beberapa refrigerator list supaya kita tidak takut menjadi tua, sebagai berikut:
1. Being old is much better than you think
Jangan menghabiskan waktu untuk kawatir menjadi tua. Sebab menjadi tua bisa menjadi waktu buat kesempatan, petualangan dan pertumbuhan. Jadikanlah hal ini menjadi tantangan untuk ditaklukkan, bukan sebagai akhir dari segalanya.
2. Act now like you will need your body for a hundred years
Berhentilah menggunakan kata-kata “Saya tidak perduli berapa lama saya akan hidup” sebaga alasan untuk kebiasan kesehatan yang buruk. Kebiasaan seperti merokok, pola makan yang buruk, dan kurangnya aktifitas tidak akan membunuh kita tapi akan memvonis kita untuk menderita penyakit kronis selama bertahun-tahun.
4. Don’t worry about dying – the experts don’t
Janganlah kita menghabisakan banyak waktu untuk kawatir tentang mortalitas kita. Apa yang menjadi rekomendasi para expert adalah supaya kita membuat perencanaan dengan matang dan mengoraganisir hal-hal dalam hidup sampai akhir hayat.
5. Stay connected
Pikirkanlah secara serius ancaman isolasi sosial dalam hidup middle age dan seterusnya, dan lakukanlah upaya dengan sadar untuk selalu terkoneksi secara sosial sejak middle age melalui kesempatan belajar dan berhubungan.
6. Plan ahead where you will live (and your parents too)
Jangan biarkan rasa takut dan prejudices menghalangi kita dan orang tua kita dari rencana untuk pindah ke lingkungan orang tua jompo. Hal tersebut bisa membuka peluang untuk hidup yang lebih baik, dibanding menjadi sesuatu hal yang menghalangi mereka.

Bagaimana sikap kita menghadapi usia tua?

#Diambil dari buku “30 Lessons for Living”

Fasting and how do you spend your time with your kids?

Hari ini untuk yang ke-18 kali saya melakukan ritual puasa dengan tidak makan selama 12 jam dan hanya minum.

Berikut pula ada beberapa refrigerator list yang perlu kita utamakan dalam hidup kita sebagai orang tua, yaitu:
1. Its all about time
Pengorbanan bila perlu, sangat dibutuhkan untuk menyediakan waktu kita secara maximum buat anak-anak. Kita beserta anak-anak perlu memiliki waktu bersama dalam kehidupan berkeluarga dan bukan hanya dalam waktu yang telah direncanakan.
2. It’s normal to have favorites, but never show it.
Terimalah bahwa kita selalu punya anak favorite, tapi tolong jangan kasi tau hal itu ke anak-anak kita.
3. Don’t hit your kids
Disiplinkanlah anak-anak dalam bentuk kasih sayang, dan rasa hormat dengan tidak melakukan hukuman fisik (walaupun bagaimana besarnya godaan untuk melakukannya secara jangka pendek)
4. Avoid rift at all costs
Lakukanlah apapun untuk menghindari akar kepahitan yang permamen bahkan jika itu membutuhkan kompromi dari sisi orang tua.
5. Take a lifelong view of relationship with children
Masa-masa sebagai orang tua akan terasa panjang ketika anak-anak sudah keluar dari rumah, jadi buatlah keputusan ketika anak-anak masih muda yang akan membuat hubungan jadi positif dalam separuh masa hidup berikut kita.

Bagaimana kita habiskan waktu bersama anak-anak kita?

#Diambil dari buku “30 Lessons for Living”

Glad to get up in the morning

Karl Pillemer, PhD, dalam bukunya yang berjudul “30 Lessons for Living”, manyatakan beberapa point-point menarik supaya hidup bahagia dalam pekerjaan dan bisa betah, yaitu:

1. Choose the career for the intrinsic rewards, not the financial ones.
Kesalahan karir terbesar yang orang buat adalah dengan memilih profesi berdasarkan potential earnings. Passion dan adanya rasa akan sebuah tujuan mulia untuk sebuah pekerjaan lebih menendang daripada gaji yang lebih besar saja.

2. Don’t give up on looking for a job that makes you happy
Menurut para experts, kegigihan adalah kunci untuk mendapatkan pekerjaan yang kita cintai. Jangan terlalu mudah menyerah ya!

3. Make the most of a bad job
Jika kita mendapati diri kita dalam situasi pekerjaan yang kurang ideal, janglah kita menyia-nyiakan pengalam tersebut. Karena kebanyakan experts mendapatkan pembelajaran dari pekerjaan-pekerjaan yang kurang baik.

4. Emotional Intelligence trumps every other kind.
Bangunlah interpersonal skills jika kita mau sukses dalam dunia pekerjaan. Bahkan bagi orang-orang yang dalam profesi yang sangat teknispun, karir mereka akan terlempar jika kurang emotional intelligence.

5. Everyone needs autonomy
Kepuasan karir sering bergantung kepada berapa otonom kita dalam pekerjaan kita. Carilah kebebasan dalam membuat keputusan dan bergeraklah kepada arah yang membuat kita tertarik tanpa banyak campur tangan dan kontrol dari atasan.

Seberapa bahagia dan betah kita dalam karir dan pekerjaan kita?

#Diambil dari buku “30 Lessons for Living”

Fasting and reading book “fail, fail again, fail better”

Hari Senin kemaren, untuk yang ke-6 kali (dari total 17 kali) saya kembali melakukan ritual puasa dengan tidak makan selama 12 jam dan hanya minum.

Hari Sabtu kemaren setelah dapat advise dari blog Seth Godin, saya purchased buku yang berjudul “Fail, Fail Again, Fail Better” karya Pema Chödrön. Dan dengan semangatnya buku yang unik dan jumlah halamannya cuma 100-an lebih saya selesaikan dalam 2 jam.

Ada satu cerita yang menarik yang saya dapatkan dari buku tersebut yaitu:
“Di suatu kampung di dataran Tibet, ada sebuah keluarga yeng terdiri dari seorang Bapak, Ibu dan seorang anak laki-laki. Mereka memiliki seekor kuda jantan. Pada suatu hari kuda jantannya lari pergi meninggalkan mereka. Kata sang Ibu: :Wah, sial ya? Kita sudah kehilangan kuda satu-satunya.” Kata sang Bapak: “May be yes, may be no”.
Setelah beberapa minggu, sang kuda jantan datang kembali dan membawa seekor kuda betina yang ternyata adalah pasangannya. Kuda betina ini sangat liar dan susah untuk dijinakkan. Sang anak lelaki berkata dia mau naik kuda betina tersebut untuk menjinakkannya. Sang anak lak-laki pun naik dan menjinakkan kuda betina tersebut. Ternyata dia tidak sanggup dan terlempar dari atas kuda betina tersebut sampai kakinya patah. Lalu kata sang Ibu: “Wah, kuda betina ini membawa sial ya?”. Tetapi kembali sang Bapak berkata: “May be yes, may be no”.
Dalam tiga bulan karena dalam kondisi perang, Jenderal perang pun mengumumkan bahwa semua anak laki-laki harus wajib ikut perang. Nah, sunggu beruntung keluarga ini karena anak laki-lakinya tidak perlu ikut berperang karena sedang cidera patah kaki… 🙂

Bagaimana cara kita menanggapi kejadian-kejadian dalam hidup kita? Apakah tetap positif?

#Diambil dari buku “Fail, Fail Again, Fail Better”

This week books reading

Menurut Seth Godin, jika kita meluangkan waktu kita sekitar 20 menit per hari tiap hari untuk membaca buku, maka kita akan bisa selesai membaca 52 buku dalam setahun (sekitar 1 buku dalam seminggu).

Nah, sebagai bagian dari program membaca buku 20 menit per hari tiap hari, dalam minggu ini saya telah menyelesaikan 2 buku yaitu:
The Sacred Anointing by Steven Brooks dan The 48 Laws of Power by Robert Greene.

Berapa menitkah kita berikan waktu kita untuk membaca?

#Diambil dari buku kehidupan