@ The Open University dalam online class-nya:
yang berjudul “Childhood in The Digital Age” menyebutkan ‘digital native’ (atau ‘net generation’, atau ‘Google generation’, atau ‘millenials’) adalah anak-anak yang mengahiskan kebanyakan waktu mereka dengan online, atau selalu connected. Hal ini digambarkan selayaknya ‘native speakers’ yang fasih dalam bahasa digital dari komputer, video games, dan internet. (Prensky, 2005, p. 8) .
Ada perbedaan diantara para ‘digital natives’, yaitu yang pada umumnya lahir di tahun 1980-an, yang technologically adept dan merasa nyaman dalam dunia technology dengan yang lahir sebelum tahun 1980-an, yang takut dan kurang confident dalam menggunakan technology.
Sebagai justifikasi, Prensky menggambarkannya dalam teori yang dikenal secara luas yaitu teori neuroplasticity. Yang mana berarti otak kita sangatlah flexible dan akan selalu berubah sepanjang hidup kita. Koneksi neural di otak kita yang berbeda akan berubah dan berevolusi selama masa kanak-kanak sebagai response dalam menghadapi kondisi lingkungan. Disebutkan bahwa otak anak-anak jaman sekarang berkembang secara berbeda dari perkembangan otak orang dewasa, karena anak-anak tersebut dikelilingi oleh berbagai teknologi baru.
Bagaiman sikap kita dalam melihat peran teknology dalam perkembangan anak-anak kita?
The post “Digital Natives” appeared first on krismanoppusunggu.com