Pada tahun 1995, Presiden Brazil, Fernando Henrique Cardoso memutuskan untuk melakukan privatisasi terhadap perusahaan kereta api di Brazil.
Dia membagi system menjadi 7 cabang yang berbeda (bayangan dari Ma Bell) dan melelang hak untuk menjalankan perusahaan-perusahaan tersebut.
Pemerintahan sebelumnya tidak menginvest banyak kepada system perkereta-apian dan pada masa lelang situasi dalam keadaan buruk.
Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa 50% jembatan membutuhkan perbaikan dan sekitar 20% hampir rubuh.
Teknologi yang dipergunakan dalam system perkereta-apian di Brazil masih menggunakan teknologi lama dibandingkan dengan negara-negara maju. Kenyataanya, system perlereta-apian di sana masih menggunakan 20 lokomotif yang dipacu dengan medin uap.
Sebuah perusahaan swasta, GP Investimentos Limited, memutuskan untuk ikut lelang untuk cabang yang dikenal dengan ” southern line” yang melalui 3 negara bagian di bagian paling selatan Brazil.
GP adalah pelelang yang memasukkan penawaran tertinggi pada bulan Desember 1996.
Setelah beberapa periode interim dari manajemennya, perusahaan tersebut menaruh executive nya sendiri, Alexandre Behring, yang kemudian merubah nama perusahaan menjadi America Latina Logistica (ALL).
Ketika Behring mangambil alih perusahaan, ia baru berumur 30 tahun-baru saja lulus baru sekolah bisnis 4 tahun sebelumnya.
Behring tidak memiliki dana banyak untuk memulai pekerjaannya. ALL hanya punya cash senimai 30 juta real di balance sheey perusahaan.
Dalam meeting pertama Behring, dia dapat info bahwa biaya perbaikan satu jembatan sekitar 5 juta real. Walau dengan rasa simpatik, Behring menyimpulkan butuh dana ratusan juta real untuk memperbaiki semua jembatan yang rusak.
Kebutuhannya cukup besar tetapi dia punya constraint yaitu cash di ALL yang sangat terbatas.
Pembelian GP terhadap cabang/jalur kereta api adalah dalam suasan chaos dan ketika Behring dan teamnya mengambil alih kekuasaan dengan team tang baru dan dengan prioriti yang baru maka chaos yang terjadi makin dalam.
Hasil dari keputusan paralysis adalah tidak terjelaskan. Dan kelihatannya Behring belum memutuskan secara jelas apa yang harus dilakukan.
Prioritas utamanya adalah untuk mengangkat beban kekurangan cash dalam dari kondisi keuangan ALL.
Untuk mencapai hal ini dia dan CFOnya yang berusia 35 tahun, Duilio Calciolari mengbangkan 4 poin yang mengatur investasi perusahaan, yaitu:
1. Unblock revenue
2. Minimize up-front cash
3. Faster is better than best
4. Use what you’ve got
Ke 4 poin ini, ketika dijalankan bersamaan, akan memastikan bahwa cash tidak akan dikonsumsi bila tidak untuk digunakan intuk memancing lebih banyak cash.
Dari semua masalah ALL yang ada, Behring hanya fokus terhadap critical issue dan tidak mengutarakan issue-issue lain seperti moral karyawan, marketin atau R&D.
Dengan hanya fokus kepada tindakan-tindskan penting, performance ALL membaik dari yang tadinya memiliki net loss senilai 80 juta real pada 1998 menjadi net profit senilai 24 juta real di tahun 2000.
<>
